RESUME BUKU
“METODOLOGI STUDI ISLAM”
Oleh : prof. Dr. H. Abuddin
nata, m..
Bab
1
Pendahuluan
Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi
Muhammad SAW,di yakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang
sejahtera lahir dan batin.Didalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang
bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih
bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai
kehidupan manusia,sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,al-Quran dan
Hadist,nampak amat ideal dan agung.Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan
progresif,menghargai akalpikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,bersikap seimbang dan memenuhi kebutuhan material dan
spiritual,senantiasa mengembangakan kepedulian sosial,menghargai waktu,bersikap
terbuka,demokratis,berorientasi pada
kualitas,egaliter,kemitraan,anti-feodalistik,mencintai kebersihan,mengutamakan
persaudaraan,berahklak mulia dan sikap-sikap positif lainnya.
Sejalan dengan pernyataan tersebut,Fazlur
Rahman sampai pada satu tesis bahwa
secara eksplisit dasar ajaran al-Quran adalah moral yangmemancarkan titik
beratnya pada monoteisme dan keadilan sosial.tesis ini dapat dilihat misalnya
pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan peningkatan
keimanan,ketakwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia. Hubungan keimanan
dan ketakwaan dengan akhlak yang mulia demikian erat.
Selanjutnya hasil penelitian yang
dilakukan Jalaluddin Rhamat terhadap al-Quran menyimpulkan empat hal yang bertemakan
tentang kepeduliannya terhadap masalah sosial.pertama,dalam al-Quran dan
kitab-kitab hadis,proposi terbesar di tujukan pada urusan sosial.kedua,dalam
kenyataan dalam urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang
penting,maka ibadah boleh di perpendek atau di tangguhkan (tentu bukan
ditinggalkan).ketiga,bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan
diberi ganjaran lebih besar dari pada ibadah yang bersifat perseorangan.keempat,bila
urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal,karena melanggar pantangan
tertentu,maka kafarat-nya(tebusannya)ialah melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan masalah sosial
Gambaran ajaran Islam yang demikian ideal
itu pernah dibuktikan dalam sejarah dan manfaatnya dirasakan oleh seluruh ummat
manusia di dunia.Namun kenyataannya islam sekarang menampilkan keadaan yang
jauh dari cita ideal tersebut.ibadah yang dilakukan ummat islam,seperti
shalat,puasa,zakat,haji dan sebagainya hanya berhenti pada sebatas membayar
kewajiban dan menjadi lambang keshalehan,sedangkan buah dari ibadah yang
berdimensi kepedulian sosial sudah kurang nampak.Di kalangan masyarakat telah
terjadi kesalahpahaman dalam memanhami dan menghayati pesan simboliskeagamaan
itu.akibat kesalah pahaman dalam memahami simbol-simbol keagamaan itu,maka
agama lebih dihayati sebagai penyelamatan individu dan bukan sebagai keberkahan
sosial secara bersama.seolah tuhan tidak hadir dalam problematiksosial
kita,kendati nama-Nya semakin sering disebut di mana-mana. Pesan spiritualitas
agama menjadi mandeg,terkristal dalam kumpulan mitos dan ungkapan simbolis
tanpa makna. Agama tidak muncul dalam satu kesadaran kritis dalam situasi
aktual.
Sekarang,mungkin sudah saatnya kita
mengembangkan indikasi kebaragaman yang agak berbeda dengan yang kita miliki
selama ini.meningkatnya jumlah orang-orang mengunjungi tempat
ibadah,berduyun-duyun orang pergi haji,dan sering munculnya tokoh-tokoh dalam
acara sosial agamasebenarnya barulah indikasi permukaan saja dalam masyarakat
kita. Indikasi semacam ini tidak menerangkan tentang perilaku keagamaan yang
sesungguhnya,dimana nilai-nilai keagamaan menjadi pertimbangan utama dalam
berfikir maupun bertindak oleh individu maupun sosial.
Bab 2
Kebutuhan manusia terhadap agama
A. Pengertian agama
Secara sederhana, pengertian agama dapat
dilihat dari sudut kebahasaan (etimologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut kebahasaan
akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut istilah karena
pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektifitas
dari orang yang mengartikannya. Atas dasar ini maka tidak mengherankan jika
muncul beberapa ahli yang tidak tertarik mendefinisikan agama.
Senada dengan Mukti Ali, m. Sastrapratedja mengatakan bahwa
salah satu kesulitan untuk berbicara mengenai agama secara umum ialah adanya
perbedaan-perbedaa dalam memahami arti agama, disamping adanya perbedaan juga
dalam cara memahami serta penerimaan setiap agama terhadap suatu usaha memahami
agama.
Setiap agama memiliki
interpretasi diri yang berbeda dan keluasaan interpretasi diri itu juga
berbeda-beda.
Pengertian agama dari segai bahasa dapat
kita ikuti antara lain uraian Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat indonesia selain dari
kata agama, dikenal pula kata din ( دين ) dari bahasa arab dari kata religi dalam bahasa eropa
menurutnya, agama berasal dari kata sanskrit. Menurut satu pendapat, demikian
harun nasution mengatakan, kata itu tersususun dari dua kata, a= tidak dan gam
= pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara
turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu
diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya.
Selanjutnya din dalam kata semit juga
berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa arab kata ini mengandung arti
menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan. Pengertian ini
juga sejalan dengan kandungan agama yang didalamnya terdapat
peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi oleh penganut
agama yang bersangkutan.
Adapun kata religi berasal
dari kata latin. Menurut satu pendapat, demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata
religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian
demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara
mengabdi kepada tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi
menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang berarti
mengikat.
Elizabet k. Nottingkham dalam
bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa
agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit
membantu kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama
berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari
keberadaannya sendiri dan alam semesta. Agama telah menimbulkan khayalnya yang
paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar
biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang
paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri,sementara itu,
Durkheim mengatakan bahwa
agama adalah pantulan dari solidaritas sosial.bahkan, kalau dikaji, katanya,
tuhan itu sebenarnya adalah ciptaan masyarakat.
Selanjutnya karena demikian
banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan para ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa dapat diberi
definisi sebagai berikut:
1.Pengakuan terhadap adanya
hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi.
2.Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib
yang menguasai manusia
3.Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup
yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri
manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.Kepercayaan pada suatu
kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu
5.Suatu sistem tingkah laku
(code of conduct) yang berasal dari kekuatan ghaib
6.Pengakuan terhadap adanya
kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib
7.Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang
timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat dalam alam sekitar manusia
8.Ajaran yang diwahyukan
manusia melalui seorang rosul
Dari beberapa definisi tersebut di atas, kita dapat menjumpai
4 unsur yang menjadi karakteristik agama sebagai berikut.
Pertama , unsur kepercayaan
terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk yang
bermacam-macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil
bentuk benda-benda yang memiliki kekuatan misterius(sakti), ruh atau jiwa yang
terdapat pada benda-benda yang memiliki kekuatan misterius; dewa-dewa dan tuhan
atau Allah dalam istilah yang lebih khusus
dalam agama islam.
Kedua, unsur kepercayaan
bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia ini dan diakhirat nanti
tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib yang dimaksud.
Ketiga, unsur respon yang
bersifat emosional dari manusia. Respon tersebut dapat mengambil bentuk rasa
takut, seperti yang terdapat pada agama primitif , atau perasaan cinta seperti
yang terdapat pada agama-agama monoteisme.
Keempat, unsur paham adanya
yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan ghaib, dalam bentuk kitab
suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat
tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu
kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari tuhan atau hasil
renungan manusia terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh
suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia
agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dari kesimpulan tersebut
dapat dijumpai adanya lima aspek yang terkandung dalam agama.
- pertama, aspek asal-usulnya, yaitu ada yang berasal dari tuhan seperti agama samawi, dan ada yang berasal dari pemikiran manusia seperti agama ardli atau agama kebudayaan.
- kedua, aspek tujuannya. Yaitu untuk memeberikan tuntunan hidup agar bahagia didunia dan akhirat.
- ketiga , aspek ruang lingkupnya., yaitu keyakinan akan adanya gaib, keyakinan manusia bahwa kesejahteraanya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib, respon yang bersifat emosional, dan adanya yang dianggap suci.
- keempat, aspek kemasyarakatannya, yaitu disampaikan secara turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi lain.
- kelima, aspek sumpbernya, yaitu kitab suci.
B. Latar belakang perlunya
manusia terhadap agama
1. Latar belakang fitrah manusia.
Dalam bukunya berjudul perspektif manusia dan agama, murthada
muthahhari mengatakan, bahwa di saat berbicara tentang para nabi, imam ali as.
Meneyebutkan nahwa mereka diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian
yang telah diikat oleh fitrah mereka, yang kelak mereka akan dituntut untuk
memenuhinya. Perjanjian itu tidak tercatat diatas kertas, tidak pula diucapkan
oleh lidah, melainkan terukir dengan pena ciptaan allah di permukaan kalbu dan
lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta di kedalaman
perasaan batiniah
Oleh karenanya, ketika datang
wahyu tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang
amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi,
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
[1168] fitrah allah: maksudnya ciptaan allah.
Manusia diciptakan allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Mengenai potensi beragama
yang dimiliki manusia itu dapat pula dijumpai dalam ayat sebagai berikut.
172. Dan (ingatlah), ketika tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "bukankah aku ini
tuhanmu?" mereka menjawab: "betul (engkau tuhan kami), kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan tuhan)",
Berdasarkan informasi tersebut dapat terlihat dengan jelas
bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk
beragam.hal demikian sejalan denga petunjuk nabi dalam salah satu hadisnya yang
mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi
beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi
yahudi, nasrani, atau majusi.
2. Kelemahan dan kekurangan manusia.
Faktor yang lainnya yang melatarbelakangi manusia memerlukan
agama adalah karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga
memiliki kekurangan. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata Al-nafs menurut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan Al-Quran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam
manusia inilah yang oleh Al-Quran dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar.
3. Tantangan manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah
karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan,
baik yang datang dari dalam maupun luar. Tantangan dari dalam dapat berupa
dorongan hawa nafsu dan bisikan setan (lihat QS 12:5 dan 17:53). Sedangkan tantangan dari luar
dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara
sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari tuhan.mereka rela mengeluarkan
biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk
kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari
tuhan.kita misalnya membaca ayat yang berbunyi.
36. Sesungguhnya orang-orang yang kafir
menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan allah. Mereka
akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka
akan dikalahkan. Dan ke dalam jahannamlah orang-orang yang kafir itu
dikumpulkan,
Bab 3
Berbagai pendekatan di dalam
memahami agama
A. Pendekatan teologis
normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara
harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan
kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa suatu wujud
empiric dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan
dengan yang lainnya.amin abdullah mengatakan, bahwa teologi, sebagaimana kita
ketahui, tidak bisa, tidak pasti mengacu kepada agama tertentu.loyalitas
terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan
bahasa yang bersifat subyektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai
pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis.
Dari pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa pendekatan
teologi dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk
forma atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang
paling benar sedangkan yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi yang satu
begitu yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yang benar sedangkan paham lainnya
salah, sehingga memandang paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan
seterusnya.
B. Pendekatan antropologis
Pendekatan antropoligis dalam memahami agama dapat diartikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini
agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah dan memberikan jawabannya.
Melalui pendekatan
antropologis fenomenologis ini kita juga dapat melihat hubungan antara agama
dan negara (state and religion) .topik ini juga tidak pernah kering dikupas
oleh para peneliti.
C. Pendekatan sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam
masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya
itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk
dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula
kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup
bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Selanjutnya, sosiologi dapat
digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama.hal demikian dapat
dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara
proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi.
Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa
jadi penguasa di mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya nabi musa harus
dibantu nabi harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa
tersebut baru dapat dijawab sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan
ilmu sosial.
Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan
mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam
alquran misalnya kita jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu
bangsa, dan sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan.semua itu
jelas baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial
pada saat ajaran agama itu diturunkan.
D. Pendekatan filosofis
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang
berarti cinta kepada kebenaran, ilmu, dan hikmah.selain itu filsafat dapat pula
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
E. Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya
dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek,
latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
F.Pendekatan kebudayaan
Dalam kamus umum bahasa indonesia, kebudayaan diartikan
sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha) batin
(akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan.
G.Pendekatan psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa seseorang
melalui gejala perilaku yang dapat di amatinya. Menurut zakiah daradjat ,
perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena terjadi karena
dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.
bab 4
Hubungan agama dengan ilmu
pengetahuan sosial
A. Pandangan ajaran islam
tentang ilmu sosial
Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, islam telah tampil
sebagai agama yang memberi perhatian pada keeimbangan hidup antara dunia dan
akhirat, antara hubungan manusia dengan tuhan, antara hubungan manusia dengan
manusia, dan antara urusan ibadah dengan urusan muamalah .
selanjutnya, jika kita adakan
perbandingan antara perhatian islam terhadap urusan ibadah dengan urusan
muamalah , ternyata islam menekankan islam lebih banyak memperhatikan aspek
kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang
menjadikan seluruh bumi sebagai masjid tempat mengabdi kepada allah dalam arti
yang luas.muamalah jauh lebih luas daripada ibadah dalam arti yang khusus.
B. Ilmu sosial yang bernuansa
islam
Dewasa ini ilmu sosial tengah mengalami kemandekan dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.kita butuh ilmu sosial yang tidak
hanya berhenti pada menjelaskan fenomena sosial, tetapi dapat memecahkannya
secara memuaskan.men. Kuntowijoyo, kita butuh ilmu sosial profetik, yaitu ilmu
sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga
memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh
siapa. Yaitu ilmu sosial yang mempu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita
etik dan profetik tertentu; perubahan tersebut didasarkan pada tiga
hal.pertama, cita-cita kemanusiaan, kedua, liberalisasi; dan ketiga,
transendensi. Cita-cita profetik tersebut dapat diiderivasikan dari misi
historis islam sebagaimana terkandung dalam ayat 110 surat ali ‘imron sebagai
berikut.
Kamu sekalian adalah
sebaik-baiknya umat yang ditugaskan kepada manusia menyuruh berbuat baik,
mencegah berbuat munkar dan beriman kepada allah. (QS al-imran, 110).
Ilmu sosial yang demikian,
maka umat islam akan dapat meluruskan gerak langkah perkembangan ilmu
pengertahuan yang terjadi saat ini dan juga dapat meredam berbagai kerusuhan
sosial dan tindakan krimial lannya yang saat ini banyak mewarnai kehidupan.
C. Peran ilmu sosial profetik
pada era globalisasi
Dengan ilmu sosial profetik yang kita bangun dari ajaran islam
sebagaimana tersebut di atas, kita tidak perlu takut atau khawatir terhadap
dominasi sains barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Islam selalu
membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban.islam adalah sebuah paradigma
terbuka.
Dari kandungan surat
al-maidah ayat 3 yang artinya :
Pada hari ini telah
ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku-cukupkan kepadamu ni’mat-ku,
dan telah ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu.
Kata ‘’ telah ku-sempurnakan
agama ku ‘’ mengandung arti bukan membuat yang baru atau membangun dari ruang
hampa melainkan dari bahan-bahan yang sudah ada.hal demikian dapat dilihat dari
kenyataan sejarah.
Islam mengembangkan
matematikan india, ilmu kedokteran dari cina, sistem pertahanan sasanid, logika
yunani, dsb. Namun dalamm proses penerimaanya itu terdapat dialektika internal.
Misalnya, untuk bidang-bidang pengkajian tertentu islam menolak bagian logika
yunani yang sangat rasional diganti dengan cara berpikir intuitif yang
menekankan rasa seperti yang dikenal dalam tasawuf.
Al-Quran sebagai sumber utama ajara islam
diturunkan bukan dalam ruang hampa, melainkan dala setting sosial aktual.
Respon normatifnya merefleksikan kondisi sosial aktual itu, meskipun jelas,
bahwa alquran memiliki cita-cita sosial tertentu.
Bab 5
Pengertian dan sumber ajaran
islam
Sebagai agama terakhir, islam diketahui memiliki karakteristik
yang khas dibandingkan dengan agama-agama ayang datang sebelumnya. Melalui
berbagai literatul yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama islam, sumber, dan ruang
lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya.
A.Pengertian agama islam
Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian
agama islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan.
Dari segi kebahasaan islam berasal dari bahasa arab, yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
Pengertian islam demikian
itu, menurut maulana muhammad ali dapat dipahami dari firman Allah yang terdapat pada ayat 202 surat
al-Baqoroh yang artinya, hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam secara kesuluruhannya, dan janganlah
kamu turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu,
Dari uraian diatas, kita
sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata islam dari segi kebahasaan mengandung
arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada tuhan dalam upaya mencari
keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal demikian
dilakukan atas kesadaran dan kemauan sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura,
malainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak
dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada tuhan.
Secara istilah islam adalah
nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT, nama islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar biasa
dengan nama agama lainnya. Kata islam tidak mempunyai hubungan dengan orang
tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata islam adalah anama
yang diberikan oleh tuhan sendiri. Hal ini demikian dapat dipahami dari
petunjuk ayat-ayat alquran diturunkan oleh Allah SWT.
B.Sumber ajaran islam
Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran
islam yang utama adalah alquran dan alsunnah
1.Alquran
Asy-syafi’i mengatakan bahwa al-Quran bukan berasal dari akar kata apa
pun, dan bukan pula ditulis dengan memakai hamzah. Lafal tersebut sudah lazim
digunakan dalam pengertian kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada nabi
muhammad saw.
Alquran dari segi istilah
bahwa alquran adalah firman allah yang diturunkan kepada nabi saw., dan dinilai
ibadah bagi yang membacanya.
Kita dapat mengetahui bahwa
alquran adalah kitab suci yang yang isinya mengandung firman Allah, turunnya secara bertahap melalui
malaikat Jibril, pembawanya nabi Muhammad saw. Susunannya dimulai dari
surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat al-nas bagi yang membacanya bernilai
ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah atau bujti yang kuat atas
kerasulan nabi saw.,
2. Al-sunnah
Kedudukan al-sunnah sebagai sumber ajaran islam selain
didasarkan pada keterangan ayat-ayat alquran dan hadis juga didasarkan kepada
pendapat kesepakatan para sahabat.
Menurut bahasa artinya jalan hidup
yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk.
Pengertian al-sunnah seperti ini sejalan dengan makna hadis nabi yang artinya :
“barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji, maka pahala bagi
yang membuat sunnah itu dan pahala bagi orang yang mengerjakannya; dan barang
siapa yang membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang memuat sunnah yang
buruk itu dan dosa bagi orang yang mengerjakannya.
bab 6
Karakteristik ajaran islam
Dari berbagai sumber kepustakaan tentang islam yang ditulis
para tokoh di atas, dapat diketahui bahwa islam memiliki karakteristtik yang
khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai bidang, seperti
bidang agama, ibadah, muamalah (kemanusiaan) yang didalamnya termasuk masalah
pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, kehidupan,
lingkungan hidup, dll. Konsepsi islam dalam berbagai bidang yang menjadi
karakteristiknya itu dapat dikemukakan sebagai berikut.
A. Dalam bidang agama
Nurcholis Majid bayak bicara tentang karakterisktik ajaran islam dalam
bidang agama. Menurutnya, bahwa dalam bidang agama islam mengakui adanya
pluralisme, pluralisme menurut nurcholis adalah sebuah aturan tuhan (sunnah Allah) yang tidak akan berubah, sehingga
juga tidak mungkin di lawan atau diingkari. Dan islam adalah yang kitab sucinya
dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan
syirik, untuk hidup dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan.
Dengan demikian,
karakteristik ajaran agama islam dala visi keagamaanya bersifat toleran,
pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas
agamatersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada tuhan.
B. Dalam bidang ibadah
Secara harifiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah swt. Karena didorong dan bangkitkan
oleh tauhid.
Ibadah yang dibahas dalam
bagian ini adalah ibadah khusus. Bilangan sholat lima waktu serta tata cara
mengerjakannya, ketentuan ibadah haji serta tata cara mengerjakannya, misalnya
adalah termasuk ibadah yang ditentuka oleh Allah serta tata cara mengerjakannya.
Visi islam, tentang ibadah
adalah merupakan sifat, jiwa dan misi ajaran islam itu sendiri yang sejalan
dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk yang hanya diperintahkan agar
beribadah kepadanya.
C. Bidang akidah
Akidah dalam islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai tuhan sebagia yang wajib
disembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat; perbuatan
dengan amal shaleh. Akidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang
beriman tidak ada rasa dalam hati, atau ucapan dimulut dan perbuatan melainkan
secara keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah, yakni tidak ada niat, ucapan dan
perbuatan yang dikemukakan oleh orang yang beriman itu kecuali yang sejalan
dengan kehendak Allah.
Dengan demikian akidah islam bukan sekedar keyakinan dalam
hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam
bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulan amal shaleh.
D. Bidang ilmu kebudayaan
Karajkteristik ajaran islam dalam bidang ilmu kebudayaan
bersifat terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar.
Tetapi juga selektif.
Karakteristik islam dalam
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat pula dilihat dari 5 ayat
pertama surat al-alaq yang diturunkan tuhan kepada nabi saw.pada ayat tersebut
terdapat kata iqra’ yang diulang sebanyak dua kali. Kata tersebut menurut a. Baiquni, selain berarti
membaca dalam arti biasa tetapi juga menelaah, mengobservasi, membandingkan,
mengukur, mendeskripskan, menganalisis, dan penyimpulan secara induktif. Semua
cara tersebut dilakuakan dalam proses mencari sesuatu. Hal itu merupakan salah
satu yang dapat cara yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
E. Bidang pendidikan
Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang
pendidikan.islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap
orang.laki-laki atau perempuan dan berlangsung sepanjang hayat.
F.Bidang sosial
Ajaran islam di dalam bidang sosial ini termasuk yang paling
menonjol. Karena seluruh bidang ajaran islam yang diterangkan di atas pada
akkhirnya ditujukan untuk mnsejahterakan manusia. Namun, khsusus dalam bidang
sosial ini islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati, tentang
hak dan kesabaran. Kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa
dan kebersaamaan.
Selanjutnya islam menilai
bahwa ibadah yang dilakukan secara berjamaah atau secara bersama-sama dengan
orang lain nilainya lebih tinggi dari pada salat ssendiri dengan perbandingan
27 derajat.
G. Dalam bidang kehidupan
ekonomi
Islam memandang bahwa kehiduapan yang harus dilakukan manusia
adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan antara usrusan dunia dan
akhirat.urusan dunia di kejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat dan
kehidupan akhir dicapai dengan dunia.
Hadis nabi yang diriwayatkan
oleh ibn mubarok yang artinya: bukankah termasuk orang yang baik diantara kamu
adalah orang yang meninggalkan dunia karena mengejar kehidupan akhirat, dan
orang yang meninggalkan kehidupan akhirat karena mengejar kehidupan dunia, orang
yang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunai
adalah alat menuju akhirat.
Pandangan islam mengenai
kehidupan demikian itu , secara tidak langsung menolak kehidupan yang secara
sekuralistik yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan
agama. Agama harus terlibat dalam mengatur urusana dunia.
H. Dalam bidang kesehatan
Ajaran islam dalam bidang kesehatan berpedoman pada prinsip
pencegahann lebih diutamakan daripada penyembuhan. Dalam bahasa arab prinsip
inbi disebut al-qiqoyah khoir min al ‘illaj .berkenaan dengan konteks
kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk kitab suci dan sunnah nabi saw.
Yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.
Untuk menju upaya tersebut
islam menekankan segi kebersihan lahir dan batin.
I. Dalam bidang politik
Ciri ajaran islam selanjutnya dapat diketahui melalui
konspesinya dalam bidang politik. Dalam alquran surat an-nisa 156 terdapat
penrintah menaati ulil amri yang terjemahannya termasuk penguasa dibidang
politik, pemerintahan dan negara. Dalam hal ini tidak mengajarkan ketaatan buta
terhadap pemimpin.
J. Dalam bidang pekerjaan
Karakteristik ajaran islam lebih lanjut dapat dilihat dari
ajarannya mengenai kerja. Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah swt. Atas dasar ini maka kerja yang
dikehendaki islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap
allah swt.
Untuk menghasilakan produk
yang bermutu, islam memandang kerja yang dilakukan adalah kerja profesional,
yaitu kerja yang didukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan,
dam seterusnya. Suatu pekerjaan yang diserahkan bukan pada ahlinya tunggulah
kehancurannya.demikian peringatan nabi Muhammad saw.
K. Islam sebagai disiplin
ilmu
Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu
ilmu keislaman. Menurut kemenag yang termasuk ilmu keislaman adalah
alquran/tafsir, hadis/ilmu hadis, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, hukum, islam
(fiqih), sejarah dan kebudayaan islam, serta pendidikan islam.
Bab 7
Misi ajaran islam
A. Pendahuluan
- untuk menimbulkan
kecintaan manusia terhadap ajaran islam yang sifatnya bukan normatif,
emosional.
- untuk membuktikan
kepada umat manusia bahwa islam baik secara normatif, kultural & rasional.
- menghilangkan citra
negatif dari sebagian masyarakat terhadap ajaran islam.
B. Misi islam
- menunjukkan bahwa
islam adalah pembawa rahmat bagi seluruh umar manusia.
- misi ajaran islam
dapat dilihat dari peran islam dalam menangani berbagai problem agama, sosial
ekonomi, politik, hukum, kebudayaan dan sebagainya.
Bab 8
Posisi islam diantara agama – agama
didunia.
A. Pendahuluan
Sebelum islam datang ke dunia ini, telah
ada macam – macam agama yang dikelompokkan jadi dua :
Pertama : agama samawi yang datang dari
tuhan melalui wahyu kepada utusannya seperti : nasroni, yahudi & islam.
Kedua : agama ardli yang timbul dari
hasil renungan tokoh yang membawanya seperti : hidu, budha, majusi, kong hu,
cu.
B. Pembahasan
Islam adalah agama terakhir dari sekalian
agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan besar untuk menggerakkan
revolusi dunia.
Bab 9
Metodologi pemahaman islam
A. Kegunaan metodologi
Sebagai cara untuk memahami berbagai
macam teori kajian ilmu pengetahuan dengan harapan mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut.
B. Studi islam
Dari segi normatif studi islam lebih
merupakan agama yang tidak dapat diperlakukan kepadanya paradigma ilmu
pengetahuan, yaitu paradigma analitis, kristis, metodologis dan historis.
C. Metode memahami
islam
- islam harus
dipelajari dari sumber aslinya yaitu al qur’an & hadist.
- islam harus
dipelajari secara integral, tidak parsial
- islam dipelajari
dari kepustakaan yang ditulis para ulama besar.
- islam hendaknya
dipelajari dari ketentuan normatif teologi yang ada dalam al qur’an.
Bab 10
Telaah “kontruksi teori” penelitian
agama.
A. Pengertian
Susunan atau bangunan dari suatu
pendapat, asas – asas atau hukum mengenai sesuatu yang satu dan lainnya saling
berkaitan.
B. Macam – macam
penelitian
- penelitian historis
- penelitian kasus /
lapangan
- penelitian
korelasional
- penelitian kausal –
komparatif
- penelitian
eksperimen
- penelitian tindakan
- penelitian survei
Bab 11
Teori – teori penelitian agama
1. Menyimpulkan
generalisasi fakta – fakta
2. Memberi kerangka
orientasi untuk analisis
3. Meramalkan gejala –
gejala baru
4. Mengisi kekosongan
pengetahuan .
Bab 12
Model penelitian tafsir
1. Model quraish shihab
Model ini menggunakan dua metode yaitu
metode ma’tsur (riwayat) & metode penalaran.
2. Model ahmad al
syarbashi
3. Model syaikh
muhammad al – ghazali
Bab 13
Model penelitian hadist
1. Model h.m quraish
shihab
2. Model musthafa al
siba’iy
3. Model muhammad al –
ghazali
4. Model zain al – din
‘abd al – rohim bin al – husain al - iraqy
5. Model penelitian
lainnya.
Bab 14
Model penelitian filsafat islam
1. Model m. Amin
abdullah
2. Model otto
horrassowitz
3. Model ahmad fuad al
– ahwani
Bab 15
Model penelitian ilmu kalam
1. Model abu mansur bin
muhammad al maturidy
2. Model imam abi hasan
al – asy’ari
3. Model abd jabbar bin
ahmad
4. Model thahawiyah
5. Model imam haramain
6. Model al – ghazali
7. Model al – amidy
8. Model al –
syahrastani
9. Model al – bazdawi
Bab 16
Model penelitian tasawuf
1. Model sayyed husein
nasr
2. Model mustofa zahri
3. Model kautsar azhari
noor
4. Model harun nasution
5. Model a.j arberry
Bab 17
Model penelitian fiqh (hukum)
1. Model harun nasution
2. Model j. Coulson
3. Model muhammad atho
mudzhar
Bab 18
Model penelitian politik
1. Model m. Syafi’i
maarif
2. Model harry j. Benda
Bab 19
Model penelitian pendidikan islam
1. Model penelitian
mastuhu
2. Model penelitian
zamakhsyari dhofier
Bab 20
Model penelitian sejarah islam
1. Model
penelitian sejarah kawasan
Bab 21
Model penelitian pemikiran modern dalam
islam
1. Model penelitian
deliar noer
2. Model penelitian
h.a.r gibb
Bab 22
Model penelitian antropologi &
sosiologi agama
1. Penelitian
antropologi dengan pendekatan kualitatif
2. Penelitian sosiologi
agama sama dengan antropologi dengan ditambah pendekatan sosial.
Bab 23
Islamisasi ilmu pengetahuan
1. Islamisasi dengan
cara menjadikan islam sebagai landasan penggunaan ilmu pengetahuan
2. Islamisasi ilmu
pengetahuan & teknologi dilakukan dengan cara memasukkan nilai – nilai
islami.
3. Islamisasi melalui
penerapan konsep tauhid dalam arti seluas – luasnya.
4. Islamisasi ilmu
pengetahuan melalui, inisiatif pribadi proses pendidikan secara berjenjang
& berkesinambungan.
Kesimpulan
Visi islam, tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa dan
misi ajaran islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia,
sebagai makhluk yang hanya diperintahkan agar beribadah kepadanya.
Penutup
Agama pada umumnya dan islam pada
khususnya semakin dituntut perannya untuk menjadi pemandu & pengarah
kehidupan manusia agar tidak terperosok kepada keadaan yang merugikan dan
menjatuhkan martabatnya sebagai makhluk yang mulia.
Post a Comment
Post a Comment